DEMAK, LINGKAR – Sejumlah ruas jalan baik milik kabupaten, provinsi, maupun pusat yang berada di Kabupaten Demak mengalami kerusakan pascabanjir menerjang wilayah setempat.
Menanggapi kondisi tersebut, Bupati Demak Eisti’anah mengatakan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) maupun Pusat untuk menangani masalah tersebut.
“Kita kemarin melalui Posko Tanggap Darurat Bencana sudah koordinasi dengan Pemerintah Provinsi maupun Pusat, baik dari BNPB, PUPR untuk mendata kebutuhan apa yang harus ditanggulangi pascabanjir, termasuk jalan atau kondisi yang rusak akibat banjir tersebut,” ucap Eisti’anah di Demak, Sabtu (2/2).
Ia menyebut, jalan pantura Karanganyar turut Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak berstatus milik Pemerintah Pusat.
“Jalan pantura itu sudah kita ajukan. Difokuskan di jalan yang terdampak banjir. Kita berupaya jalan terus,” imbuhnya.
Tak hanya itu, Eisti’anah juga sudah meminta dinas terkait untuk melakukan pendataan jalan yang mengalami kerusakan.
“Jalan kabupaten, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Dinputaru) ada anggaran pemeliharaan bukan untuk membangun. Kita informasikan kepada Dinputaru untuk mendata, baik jalan kabupaten, provinsi dan pusat. Kita dulukan jalan kabupaten, jika provinsi dan pusat lama akan kita tindak lanjuti dulu,” jelasnya.
Selain jalan, banjir juga merusak sarana prasarana (sarpras) pendidikan untuk pembelajaran. Seperti yang terjadi di TK Mekar Budi Desa/Kecamatan Karanganyar. Dari pantauan wartawan Koran Lingkar di lokasi pada Minggu (3/3), pagar sepanjang 25 meter di TK Mekar Budi roboh akibat banjir, beberapa waktu lalu.
Kepala TK Mekar Budi Qurrotul Aini mengatakan, ada sebanyak enam kelas, 105 siswa, 9 guru, dan 1 kepala sekolah menjadi korban banjir.
“Kerusakan di sini cukup parah, karena banjir di sini setinggi 2 meteran, mebel semua rusak, lemari kelas, printer, dan barang barang lain rusak semua,” kata Aini.
Aini menjelaskan sebenarnya sebelum banjir datang, sarana prasarana sudah ditaruh di tempat yang lebih tinggi.
“Barang-barang sempat diselamatkan untuk ditaruh di atas tapi tidak menyangka kalau banjir di sini setinggi 2 meter lebih. Karena sebelumnya di sini itu belum pernah mengalami banjir separah ini, paling itu tahun 1982 itu pernah banjir tapi nggak sampai sini. Pagar roboh kurang lebih sepanjang 25 meter, kemarin sudah sempat didata dari dinas, ditanyakan terkait bangunan, mebel, dan lainnya. Kami sudah informasikan. Harapan kami ada batuan untuk itu,” jelasnya.
Bernasib sama, Penjaga SDN Wonorejo I Nor Sumardi mengatakan bahwa 90 persen sarana prasarana rusak akibat air yang menerjang kurang lebih selama sepekan.
“Kondisi saat ini semua aset diperkirakan 90 persen tidak bisa digunakan, bahan baku pembelajaran tidak bisa digunakan sehingga proses pembelajaran belum bisa terlaksana,” keluhnya. (han/ika)