Berita Pemerintahan

Ini Akhir dari Video Viral Warga “Dikepruk” Usai Makan di Warung Sate Kambing di Alun-Alun Ungaran

IMG 20240801 WA0085

SEMARANG, Mantranews.id – Sebuah video viral di sosial media (medsos) yang menunjukkan seorang pembeli sate kambing di sebuah warung makan di Alun-Alun Lama Ungaran merasa keberatan karena harga yang harus ia bayar untuk makanan yang dibelinya itu terlalu mahal “ngepruk” harus ditindak tegas oleh Pemkab Semarang.

Sebelumnya, sebuah video viral di sosmed yang menarasikan adanya sebuah warung Pedagang Kaki Lima (PKL) di Alun-Alun Lama Ungaran, Kabupaten Semarang yang diduga memasang tarif terlalu mahal “ngepruk” kepada pembelinya.

Oleh karenanya, Pemkab Semarang melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskumperindag) Kabupaten Semarang mengumpulkan seluruh pemilik PKL untuk mendapatkan pembinaan langsung oleh dinas yang menangani masalah PKL itu, di Pujasera Sari Warna, yang ada di Jalan Pemuda, Ungaran, pada Rabu (31/7) kemarin.

Secara terpisah, Bupati Semarang, Ngesti Nugraha yang mengetahui hal itu menyampaikan jika memang betul ada peristiwa yang kembali viral dari wilayah Kabupaten Semarang, dan kali ini soal harga yang tidak wajar yang diberikan pembeli kepada pedagang di PKL yang ada di Alun-Alun Lama Ungaran itu.

“Saya mengetahuinya, karena memang video viral itu juga masuk di akun sosmed Instagram saya, sehingga kami Pemkab Semarang mengambil tindakan tegas, berup himbauan terlebih dahulu jangan sampai “ngepruk” seperti itu kepada pembelinya,” ungkap Ngesti Nugraha, Kamis (1/8).

Dijelaskan lebih lanjut oleh Bupati Semarang itu, jika PKL ini tengah menjalankan pembinaan agar harga yang diberikan kepada pembeli ini adalah harga umum dan harga yang sewajarnya dari menu yang disajikan oleh PKL di Alun-Alun Lama Ungaran itu.

“Siapapun yang beli, baik itu dari kendaraan plat dalam wilayah Kabupaten Semarang, apalagi plat dari luar wilayah Kabupaten Semarang, harus diberikan harga yang umum, jangan sampai “ngepruk” begitu. Karena satu membuat pengaruh calon pembeli yang lain yang ingin membeli di PKL di Alun-Alun Lama Ungaran ini, kedua bikin kapok (tidak mau lagi,red) pembeli lainnya, jadi bikin tidak nyaman,” tegasnya.

Ngesti Nugraha juga menyampaikan dengan adanya kejadian tersebut, ini berdampak juga pada PKL lainnya di Alun-Alun Lama Ungaran selain juga dampaknya kepada pembeli.

“Karena Kabupaten Semarang ini banyak tempat wisata, bahkan banyak orang melalui jalur wilayah Kabupaten Semarang, termasuknya wilayah yang padat, dan dengan adanya kejadian ini tentu akan berdampak dan merugikan semuanya,” katanya.

Oleh karenanya, Bupati Semarang itu meminta Diskumperindag Kabupaten Semarang untuk melakukan pembinaan kepada seluruh PKL, baik yang ada di Alun-Alun Lama Ungaran, dan wilayab lainnya di Kabupaten Semarang.

“Sudah meminta kepada Diskumperindag untuk melakukan pembinaan terhadap para PKL ini sehingga tidak ada kejadian serupa yang terulang lagi, termasuk para PKL ini kami minta wajib mencantumkan daftar harga untuk setiap menu yang mereka jual, supaya pembeli ini tahu harga per satuan menu yang dijajakan para PKL ini, transparan dan ini langsung segera kami tindaklanjuti,” tukas Ngesti Nugraha.

Disisi lain, Kepala Diskumperindag Kabupaten Semarang, Heru Subroto menambahkan jika total ada 28 PKL yang berdagang setiap harinya di Alun-Alun Lama Ungaran tersebut. Dan karena adanya video viral ini, Diskumperindag menggelar pembinaan yang juga diikuti oleh ke 28 PKL yang ada di Alun-Alun Lama Ungaran itu.

“Khusus 28 PKL di Alun-Alun Lama Ungaran ini kami adakan pembinaan khusus dan serius, karena PKL di lokasi itu selain kami ingatkan mereka juga harus bisa menjaga kenyamanan dan ketertiban saat melayani pengunjung,” terangnya.

Untuk itu pada hasil pembinaan para PKL khususnya PKL di Alun-Alun Lama Ungaran ini disepakati bersama, bahwa setiap PKL wajib mencantumkan harga pada daftar menu yang disediakan di setiap PKL.

“Jadi wajib sifatnya, harus mencantumkan harga per porsinya di daftar menu yang mereka jual sehari-hari di Alun-Alun Lama Ungaran ini, dan tentunya kami juga minta daftar harga yang ditulis di setiap menunya itu juga harga yang sewajarnya. Sehingga, kedepan diharapkan tidak ada lagi kejadian viral seperti ini, karena kami selalu tekankan kenyamanan dan ketertiban yang utama dalam berdagang dan melayani pengunjung,” beber Heru Subroto.

Selain itu, pihaknya juga menerangkan bahwa para tiap-tiap PKL ini juga harus bisa menjaga kebersihan tempat jualan mereka, misalnya harus menata kembali gerobak usai digunakan untuk berjualan.

“Karena, Alun-Alun Lama Ungaran ini seperti ikon di Kota Ungaran, banyak sekali pengunjung baik itu dari wilayah kita sendiri dan dari luar, sebut saja Jakarta, Semarang, Pekalongan, dan wilayah lainnya selaly setiap harinya ada yang mampir disini di Alun-Alun Lama Ungaran bahkan menjadikannya tempat tujuan utama kunjungan,” imbuh dia.

Untuk itu, Kepala Diskumperindag Kabupaten Semarang ini juga menyampaikan kepada PKL yang ada agar apa yang dihasilkan dari pembinaan itu bisa dijalankan setiap hari, dijaga keramahannya, dan ditingkatkan mutu pelayanannya, sehingga warga yang mampir di Alun-Alun Lama Ungaran ini merasa betah dan nyaman selama berwisata kuliner di lokasi itu.

Sementara itu, pemilik warung PKL Sate Gotong Royong yang viral di medsos itu, Indarso (70) menyatakan jika harga sate dan tongseng di warungnya itu masih wajar.

“Saya itu sudah berjualan disini selama 50 tahun, dan harga yang kami miliki ini harga wajar, bahkan banyak pelanggan kami yang ada di Jakarta dan wilayah lainnya tidak pernah komplain soal harga,” sebut Indarso.

Meski demikian, memang diakui Indarso ada kesalahan penghitungan saat perekam sekaligus penyebar video viral Sate Gotong Royong ini memberikan harga yang tidak wajar kepada pembeli yang diketahui di video itu datang bersama anggota keluarganya.

“Memang anak saya yang menjaga warung sempat melakukan salah hitung sebesar Rp 50 ribu. Sehingga awal totalan menu yang dipesan si perekam video viral ini sejumlah Rp 534 ribu, dari yang seharusnya Rp 476 ribu. Namun, kelebihan salah hitung itu sudah kami kembalikan, jadi pembeli ini tetap membayar di harga Rp 476 ribu, tapi akhirnya dia marah-marah dan merekam video di tempat warung saya,” jelasnya.

Indarso juga menuturkan jika harga per porsi sate kambing campur antara daging dan jeroan di warungnya ini di patok Rp 50 ribu, sedangkan sate kambing daging semua ini dihargai Rp 60 ribu per porsinya.

“Tapi kami sudah meminta maaf, bahkan kelebihan sudah kami kembalikan saat itu juga, tapi tetap viral. Dan dari pembinaan ini saya dan kami semua PKL di Alun-Alun Lama Ungaran ini sepakat memasang daftar harga pada menu yang kami jual,” pungkasnya.(Hes-Mantranews)