Berita Bisnis Pemerintahan

Komoditas Tembakau Disebut Sebagai Emas Hijau

IMG 20240827 WA0096

GROBOGAN, Mantranews.id – Komoditas pertanian tembakau sebagai emas hijau bagi para petani terlebih di musim kemarau. Hal itu, diungkapkan oleh Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Grobogan Sunanto, saat memberikan sambutan pada panen raya tembakau oleh Para Petrokimia Gresik dan Djarum digelar di Desa Telawah, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, pada Selasa (27/8)

Selain itu, menurutnya trend menanam tembakau di Kabupaten Grobogan mengalami peningkatan signifikan. “Data tahun kemarin (2023) yang kita rekap itu mencapai 3600 hektare. Sementara tahun 2024 mencapai 4300 hektar,” jelas Sunanto.

“Untuk kecamatan karangrayung sendiri mencapai 1000 hektar lahan tembakau,” imbuhnya.

Ditambahkan, komoditas tembakau tidak mendapatkan pupuk subsidi. Namun, melalui program Makmur dari PT Petrokimia dan Djarum, dapat menyerap hasil panen petani tembakau Grobogan. Sehingga kepastian pembeli hasil panen tembakau tidak menjadi kendala.

“Tembakau ini mengimbangi kondisi Grobogan yang sedang kering. Meskipun kemarau, bagi petani itu adalah musim untuk tembakau, sehingga ada opsi untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi,” beber Sunanto.

Lebih lanjut, Direktur Utama PT Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo mengatakan, program Makmur tidak hanya program antara penjual dengan petani, namun merupakan ekosistem dengan sejumlah stakeholder yang terlibat. “Petani tentu yang utama, selanjutnya offtaker (pembeli produk), kalau di sini nanti diambil PT Djarum. Kemudian agroinput, pupuk, pestisida itu kami siapkan dari Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia,” ujarnya.

Sementara, untuk pendanaan, Dwi mengatakan terdapat banyak skema. Pihaknya pun siap memfasilitasi apabila memang dibutuhkan asuransi. “Termasuk kalau perlu asuransi, nanti kami ada. Itu adalah program Makmur. Untuk apa, petani itu tidak sendiri saja. Yang pertama, untuk meningkatkan produktivitas dan yang kedua, untuk kesejahteraan petani,” imbuhnya.

Dalam catatan PT Petrokimia Gresik, total terdapat 251 petani dalam program tersebut. Pendapatan para petani naik hingga 12 persen dibanding sebelum mengikuti program Makmur.

Sebelum mengikuti, pendapatan per hektare sebanyak Rp 63,7 juta sedangkan setelah mengikuti program tersebut menjadi Rp 71,4 juta. Meski begitu biaya produksi juga mengalami kenaikan. Dari sebelumnya Rp 37 juta per hektare menjadi Rp 41,9 juta atau naik sekitar 13,13 persen.

Total luas lahan yang digarap yakni 374 hektare.
Kemudian, hasil produksi kering, dari sebelumnya 1,3 ton per hektare menjadi 1,4 ton per hektare atau mengalami kenaikan 7,67 persen. Secara total, laba para petani tembakau di program Makmur itu naik dari sebelumnya Rp 26,6 juta menjadi Rp 29,4 juta per hektare. (Cak/Bas-Mantranews).

Exit mobile version