Berita Bisnis Edukasi Seni Sosial Budaya

Macan Kurung Jadi Ikon Unik Ukiran Jepara

IMG 20240731 WA0010

JEPARA, Mantranews.id– Macan Kurung merupakan salah satu karya ukir di Jepara yang paling ikonik sebagai simbol kekejaman Penjajahan Belanda pada masa itu.

Karya seni itu berbentuk seekor macan yang hidup di dalam sebuah kurungan. Di dalam kurungan terdapat pula bola yang dapat menggelinding dan rantai pengikat macan. Bagian atas kurungan sering diberi berbagai hiasan berbentuk binatang, seperti burung, naga jawa, ular, dan sebagainya.

Ukiran ini dibuat pada segelondong kayu utuh tanpa dibelah dan tanpa sambungan. Karena keunikan-keunikan inilah macan kurung pernah menjadi primadona pada masa sebelum booming industri mebel ukir Jepara.

Maha karya Asmo Sawiran yang merupakan seniman pada abad ke 18 sampai saat ini masih eksis ditengah surutnya Industri meubel di Jepara.  Salah satu seniman ukir spesialis pembuat patung Macan Kurung yang masih tersisa di Jepara adalah Mariyamin.

Mariyamin telah belajar mengukir sejak kecil, ia pun berguru kepada Mbah Tarom yang merupakan tetangganya sendiri di Desa Kawak, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara. Sedangkan mbah Tarom semula belajar mengukir Macan Kurung kepada Mbah Sunardi yang merupakan salah satu cucu dari Mbah Asmo Sawiran yang tinggal di Desa Mulyoharjo Kecamatan/Kabupaten Jepara.

Saat ini Mariyamin sudah beralih profesi dan bukan sebagai pengukir. Ia merantau ke Jakarta untuk kerja serabutan, namun pihaknya akan pulang ke Jepara jika ada pesanan. 

“Saya mulai belajar mengukir sejak kelas 4 SD (Sekolah Dasar), dan dilatih oleh mbah Tarom di belakang gunung (saat ini Desa Mulyoharjo Sentra Patung),” kata Mariyamin.

Belakang gunung merupakan kawasan seniman ukir yang pertama kali dipromosikan oleh RA Kartini hingga bisa mengikuti pameran di Den Haag Belanda pada tahun 1898, dengan seorang seniman yang terkenal bernama Singowiryo, saudara kandung dari Asmo Sawiran.

Mariyamin menjelaskan jika saat itu ia memulai mencari penghasilan dari keahlian ukir. Saat itu ia baru bisa mengukir asbak kayu yang berbentuk burung dan ia pasarkan di daerah Tahunan Jepara.

Kemudian, permintaan Macan Kurung meningkat, sehingga para pengukir kebanjiran order untuk membuat macan kurung. Puncaknya ia mendapatkan orderan dari Kepolisian Resot (Polres) Jepara untuk membuat kerajinan Macan Kurung.

“Saat itu Pak Kapolres hendak memberikan kenang-kenangan khas Jepara berupa patung Macan Kurung,” ungkapnya.

Ia menyebutkan saat itu masih masa pandemi Covid-19, pihaknya mendapat upah sebesar Rp 25 juta untuk 1 patung Macan Kurung, namun belum termasuk kayunya.

“Saya kerjakan selama satu bulan, menggunakan satu kayu jati utuh dengan diameter 70 centimeter dan tinggi 3 meter,” imbuhnya.

Hasil karya patung Macan Kurung tersebut utuh, tanpa ada sambungan, baik itu macan didalam kurungan, bola yang bisa menggelinding dibalik jeruji kayu, bahkan jeruji kayunya semua utuh tanpa adanya sambungan dengan lem atau semacamnya. Ia mengaku karya itu merupakan karyanya yang terakhir. (Aminudin-Mantranews).