SEMARANG, Mantranews.id – Baru-baru ini marak terjadi tren cuci darah di kalangan anak-anak Indonesia yang terjadi di sejumlah rumah sakit di Indonesia. Hal itu di ketahui lewat unggahan-unggahan di media sosial dari sejumlah orang tua yang memperlihatkan anak-anaknya sedang menjalani pengobatan cuci darah. Kondisi ini memicu kekhawatiran di kalangan orang tua dan profesional medis.
Salah satu kontennya adalah anak cuci darah yang kerap diunggah oleh akun TikTok bertajuk Sahabat Pasien memantik perhatian publik. Pasalnya, akun TikTok dengan username @banghady_sp itu mengunggah konten anak-anak usai melakukan cuci darah atau hemodialisis.konten tersebut kabarnya diambil di RS Cipto Mangunkusumo Kiara atau RSCM Kiara hingga RS Fatmawati Jakarta.
Cuci darah atau hemodialisis sendiri adalah prosedur untuk membuang racun dari dalam tubuh akibat ginjal yang telah rusak. Prosedur yang menggunakan mesin khusus ini dilakukan pada pasien yang mengalami gagal ginjal.
Menanggapi hal tersebut Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Jateng, Elhamangto Zuhdan mengatakan istilah tren cuci darah pada anak-anak kurang tepat.
“Sebetulnya bukan marak, tapi memang ada peningkatan pelayanan hemodialisis atau cuci darah pada anak. Sarana untuk cuci darah anak-anak terbatas, tidak semuanya ada. Jadi istilah ‘tren peningkatan cuci darah pada anak’, sebagaimana yang ramai media beritakan tersebut, kurang tepat,”ujarnya baru-baru ini.
Menurut Elham panggilan akrabnya, layanan hemodialisis khusus anak-anak hanya tersedia di rumah sakit (RS) kelas A yang berada di kota besar, tak terkecuali RSCM Jakarta. Pasien anak-anak yang melakukan cuci darah di RSCM, kata Elham, merupakan pasien rujukan dari RS yang tak memiliki layanan hemodialisis khusus anak di daerahnya.
“Di beberapa daerah belum ada layanan cuci darah untuk anak, sehingga mereka ke RSCM. Bukan berarti ada peningkatan (kasus gagal ginjal pada anak), tetapi peningkatan kunjungan, karena sudah diketahui ada layanan cuci darah anak di RSCM,” jelasnya.
Ia menyebut di Jawa Tengah sendiri sama dengan apa yang terjadi di RSCM. RS yang memberikan layanan hemodialisis khusus anak-anak masih terbatas, hanya tersedia di beberapa RS besar. Sementara untuk jumlah pasien yang melakukan cuci darah di Jateng ada sekitar 14 orang.
“Ada empat RS tipe A di Jawa Tengah. Di antaranya RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (Banyumas), RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro (Klaten), RSUP Dr Kariadi (Kota Semarang), dan RSUD dr. Moewardi (Kota Surakarta),”ungkapnya.
“Adapun jumlah kumulatif pasien anak-anak yang melakukan cuci darah berkisar 10 hingga 14 orang di setiap RS itu. Yang mana, tegas Elham, angka itu bukan merupakan tren peningkatan,”lanjutnya.
Saat melihat salah satu konten TikTok Sahabat Pasien yang menampilkan anak SMA yang sudah cuci darah, Elham mengatakan harus ada kajian ulang terkait dugaan penyebab atau alasan anak SMA itu harus cuci darah.
“Pada konten yang terunggah 31 Maret 2024 lalu itu, anak SMA itu mengaku sangat jarang minum air putih dan kerap mengonsumsi minuman manis dalam kemasan, alasan tersebut saya kira harus di kaji ulang karena kalau itu penyebabnya, itu membutuhkan waktu yang cukup lama sampai menjadi komplikasi gagal ginjal,”imbuhnya.(Rizky-Mantranews)