SEMARANG , Mantranews.id – Pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Wahid Abdulrahman memberikan pandangannya terkait dinamika peta politik dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Semarang 2024.
Pilwalkot kali ini akan menjadi ajang pertarungan sengit antara dua pasangan calon, yakni Yoyok Sukawi-Joko Santoso yang didukung oleh Koalisi Semarang Maju Bermartabat dan pasangan Agustina-Iswarudiin yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Menurut Wahid, peta politik di Semarang memiliki kemiripan dengan Kota Solo, terutama dalam hal mesin politik dan prioritas wilayah.
“Koalisi Indonesia Maju memiliki wilayah-wilayah yang menjadi prioritas di Jawa Tengah, termasuk Semarang dan Solo,” ujar Wahid, Minggu (1/9).
Ia menambahkan, konsolidasi yang dilakukan oleh koalisi tersebut sangat solid, mengingat adanya partai-partai besar seperti Golkar, Gerindra, PAN, PKS, PKB, NasDem, dan PPP yang tergabung dalam satu koalisi. Sementara itu, PDIP harus menghadapi tantangan besar dengan menghadapi lawan dari koalisi yang terdiri dari banyak partai besar.
Wahid menilai bahwa keempat kandidat memiliki rekam jejak dan basis elektoral yang kuat di Kota Semarang.
“Bu Agustina pernah menjadi anggota DPRD Kota Semarang dan aktif dalam pergerakan mahasiswa, sementara Pak Iswarudiin telah menduduki jabatan sebagai Sekretaris Daerah, yang menunjukkan pengalaman birokrasi yang matang,” jelas Wahid.
Di sisi lain, Yoyok Sukawi memiliki latar belakang sebagai anggota DPRD Jawa Tengah dan DPR-RI dari dapil Kota Semarang, serta CEO PSIS Semarang. Joko Santoso juga aktif di Partai Gerindra dan memiliki akar kuat di dapil Kota Semarang.
Dalam konteks ini, Wahid menggarisbawahi tantangan yang dihadapi oleh pasangan Agustina-Iswarudiin.
“Meskipun PDIP adalah partai pemenang dan memiliki pengalaman, mereka perlu memperluas basis politik di luar PDIP untuk memenangkan pertarungan ini,” ujar Wahid.
Ia menyarankan agar Agustina dan Iswarudiin memanfaatkan jaringan birokrasi dan pensiunan, yang menjadi kekuatan Iswarudiin, serta mengatasi hambatan sosio-kultural di masyarakat, termasuk isu gender.
Sementara itu, bagi pasangan Yoyok-Joko, tantangannya adalah mengkonsolidasikan dukungan dari banyak partai dalam koalisi mereka.
“Ini mirip dengan strategi yang dilakukan oleh pasangan gubernur Lutfi-Yasin. Meskipun sulit, jika berhasil, ini akan menjadi kekuatan besar dalam Pilwalkot Semarang 2024,” pungkas Wahid.
Pertarungan ini diharapkan menjadi salah satu kontestasi politik yang menarik dan penuh strategi, seiring upaya kedua belah pihak untuk memenangkan hati pemilih di Kota Semarang. (Riz/Bas-Mantranews).