Berita Ekonomi

Harga Daging sampai Cabai di Salatiga Terus Melonjak, Emak-Emak Menjerit!

Lapak pedagang bahan pokok dapur sepi pembeli.

SALATIGA, Mantranews.id – Menjelang akhir tahun 2024, harga daging ayam dan sapi, cabai, hingga telur ayam di pasar tradisional di Kota Salatiga meroket. Penyebabnya beragam, mulai dari banyaknya permintaan hingga menurunnya pasokan dari petani.

Salah seorang pedagang daging ayam potong di Pasar Raya I Salatiga, Suripah menuturkan bahwa sejak menjelang Natal 2024, permintaan daging, khususnya daging ayam meningkat.

“Mendekati Natal sampai hari ini (kemarin) permintaan konsumen tinggi, sehingga harganya jadi naik,” katanya saat dijumpai ketika berdagang pada Minggu, 29 Desember 2024.

Dibeberkannya bahwa harga daging ayam ras naik dari Rp 33.500 jadi Rp 35.500 per kilogram. Lalu harga daging sapi kualitas nomor 1 Rp 122.500 per kilogram, daging sapi bagian paha depan Rp 110.000 per kilogram, daging sapi paha belakang Rp 120.000 per kilogram dan daging sapi tetelan Rp 77.500 per kilogram. 

Menurutnya, sejauh ini harga daging ayam masih terjangkau. Daya beli masyarakat juga masih tinggi.

Kendati demikian, ia berharap harganya tidak akan naik lagi, sehingga daya beli masyarakat tidak turun.

“Mudah-mudahan stok cukup, agar saya bisa tetap berjualan dan memenuhi permintaan konsumen,” imbuhnya.

Terpisah, pedagang telur di Pasar Raya Salatiga Rasmi menuturkan, harga telur yang kini berkisar Rp 30 ribu per kilogram akan berangsur turun apabila permintaan konsumen sudah normal kembali. Kemungkinan harga telur akan turun setelah tahun baru nanti.

“Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, setiap Natal hingga tahun baru harga telur tinggi dan akan berangsur turun di bulan Januari,” ucapnya.

Di sisi lain, harga cabai juga kian hari kian meroket. Per Jumat (27/12), harga cabai emrah keriting menyentuh angka Rp 70 ribu per kilogram.

Kemudian harga cabai merah teropong tembus Rp 60.000 per kilogram, cabai rawit merah Rp 60.000 per kilogram, dan cabai rawit hijau Rp 45.000 per kilogram. 

Pedagang cabai di Pasar Rejosari Sumiyati menuturkan, kenaikan harga cabai disebabkan oleh stok di tingkat produsen menipis dan adanya peningkatan permintaan konsumen. 

“Kalau stok di petani sedikit harga cabai di Salatiga pasti naik. Tapi kalau stoknya banyak dan pasokan lancar, harga murah,” katanya.

Menurutnya, sejak menjelang Natal lalu, ada peningkatan permintaan cabai. Sedangkan pasokan dari distributor mengalami penurunan sehingga harganya melambung. “Selang beberapa hari kemudian, harga cabai sempat turun. Tapi sekarang naik lagi,” ujarnya.

Menghadapi kenaikan bahan pokok, para ibu-ibu utamanya ibu-ibu rumah tangga kelimpungan. Sebab saat ini, kenaikan berimbas pada peningkatan pengeluaran.

“Saat harga cabai tinggi, mau tidak mau harus mengurangi masakan pedas. Sebab kalau dipaksakan, uang bulanan tidak cukup,” ucap Lastri warga Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.

Hal serupa diungkapkan emak-emak lain, “Sejak harga daging ayam naik, pengeluaran untuk belanja otomatis juga naik. Padahal anak-anak sukanya makan dengan lauk ayam. Saya berharap harganya bisa cepat turun,” ujar salah seorang konsumen Heni (48) warga Blotongan, Sidorejo. (Angga Rosa / Mantranews.id)