BLORA, Mantranews.id – Kabar tak sedap datang dari SMPN 1 Randublatung Kabupaten Blora, di mana aset sekolah berupa puluhan monitor dan CPU komputer,
diduga telah dirusak dengan sengaja oleh puluhan siswa di sana.
Muncul dugaan, tembaga yang berada di dalam perangkat komputer telah diambil. Sehingga komponen monitor dan CPU banyak yang pecah dan rusak. Kejadian itu sendiri terjadi pekan lalu.
Puluhan siswa dari kelas 7 hingga kelas 9 yang diduga sebagai pelaku pengerusakan pun diminta untuk mengganti aset sekolah yang dirusak. Sekolah mengambil tindakan dengan memanggil wali murid yang diduga terlibat pengerusakan, pada Rabu, 22 Januari 2025 lalu.
Sebagian wali murid pun menyangkal bahwa sekolah tidak memiliki bukti kuat berupa CCTV yang bisa menguatkan bahwa anak mereka juga ikut melakukan pengerusakan.
“Bukti CCTV tidak ada, kok sekolah bisa menyimpulkan anak yang tidak terlibat juga disuruh mengganti,” ujar salah seorang wali murid berinisial S, pada Minggu, 26 Januari 2025.
Menurutnya, dari pengakuan sang anak bahwa anaknya hanya melihat dari luar pagar, tidak ikut masuk ke dalam pagar dan ikut melakukan pengerusakan.
“Bukan nominal uangnya, iya kami siap akan ikut urunan mengganti. Tetapi mestinya adil. Siapa yang pelaku utama, siapa saksinya, adakah dalangnya, kan harus jelas,” ujarnya setengah bertanya.
Ia pun setuju, jika untuk memberikan efek jera terhadap anak yang terlibat jika harus disanksi. Tetapi mestinya sekolah juga berperan untuk membentuk karakter siswanya. “Jika memang terbukti salah ya disanksi tidak masalah, tetapi kronologinya pun harus jelas,” tandasnya.
Wali murid yang mewanti-wanti namanya tidak ditulis itu pun menyayangkan kejadian tersebut. Jika memang komponen komputer itu masih berfungsi, kenapa tidak diamankan didalam gedung yang aman dan tertutup. Tetapi justru meletakkan barang elektronik tersebut di luar hanya beratap genteng yang sudah banyak yang pecah.
“Dengan kondisi genteng banyak yang pecah, otomatis kan barang tersebut juga kehujanan? Logikanya kan memang sudah rusak. Meskipun secara hukum, anak yang merusak tetap salah,” bebernya.

Sementara itu, wali murid lain, juga mempertanyakan keaslian kejadian tersebut. Menurutnya, setelah anaknya diintrogasi, didapat keterangan bahwa anaknya tidak berada di lokasi saat peristiwa perusakan itu terjadi.
“Namanya anak, ada rame-rame kan nalurinya ingin tahu. Tapi tiba-tiba juga dipanggil untuk ikut mengganti. Padahal posisinya sedang hujan, dan sedang berteduh di mushola,” katanya.
Sebelumnya, Kepala SMPN 1 Randublatung, Nur Yahya, yang berhasil dikonfirmasi menjelaskan, jika ada 20 monitor dan 10 CPU yang dirusak.
“Barang itu kami simpan di belakang kelas memang. Dan sudah kita pagar dan kita kunci. Karena sekolah kami sedang ada rehab sehingga kekurangan ruangan jika harus menyimpan di dalam. Dari informasi yang kami gali, ada anak-anak yang melompat pagar kemudian melakukan pengerusakan,” ujarnya.
Setelah sekolah mengumpulkan informasi, siapa saja yang diduga ikut melakukan pengerusakan, kemudian sekolah mengumpulkan wali murid untuk membahas peristiwa tersebut.
“Kami hanya minta untuk bisa diganti, kami tidak memperpanjang persoalan. Karena mereka anak-anak kami sendiri,” jelasnya.
Terkait, besaran nominal per orang untuk mengganti, Yahya mengaku tidak tahu menahu. Karena wali murid membuat grup dan kesepakatan sendiri.
“Kami justru tidak tahu, berapa iurannya. Kami hanya minta barang diganti barang saja. Misal mau beli monggo dibahas sendiri, sekolah tidak mau jika diminta untuk membelikan,” tandasnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada kepastian berapa nilai iuran per orang untuk mengganti aset sekolah berupa komputer yang rusak tersebut. (AFI / Mantranews.id)