PATI, Mantranews.id – Sebanyak 17 desa di Kabupaten Pati saat sudah ditetapkan sebagai Desa Tangguh Bencana atau Destana oleh Pemkab Pati. Desa-desa tersebut khususnya berada di bantaran Sungai Juwana yang rawan dan rentan terhadap bencana banjir.
Desa-desa tersebut tersebar di Kecamatan Juwana, Gabus, dan Jakenan. Ditambah yang baru ditetapkan pada 2024 kemarin, ada Desa Gunungpanti dan Godo di Kecamatan Winong, serta Desa Angkatan Kidul, Angkatan Lor, Desa Tanjunganom Kecamatan Gabus, dan Sinomwidodo Kecamatan Tambakromo.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetya menuturkan, alasan pihaknya menetapkan kelima desa tersebut menjadi Destana pada 2024 karena desa-desa tersebut dalam beberapa tahun terakhir menjadi langganan banjir bandang akibat luapan Sungai Godo.
“Membentuk Desa-desa tangguh bencana itu tidak hanya tugasnya BPBD tetapi semua itu pun terlibat, kalau Dinas Sosial lewat program kampung siaga bencana tetapi prinsipnya sama lembaga yang ada di Desa yang memang dilatih menghadapi situasi Darurat Kebencanaan maupun situasi mitigasi sebelum terjadi bencana,” katanya baru-baru ini.
Dengan adanya penetapan Destana ini, diharapkan Martinus desa-desa tersebut selalu siap siaga dalam menghadapi bencana alam. Dikatakan, sejatinya ada lebih dari 17 Destana di Kabupaten Pati.
Hanya saja karena keterbatasan anggaran, pihak BPBD tidak bisa menambahkan lagi desa dengan status Destana. Sehingga setiap tahunnya, pihak BPBD hanya bisa membentuk setidaknya 2 Destana.
“Baru ada 17 Desa yang menjadi Desa tangguh bencana (Destana). Hal ini dikarenakan keterbatasan anggaran dari Pemerintah Kabupaten Pati. Setiap tahun BPBD Pati hanya mampu membentuk dua,karena itu memang keterbatasan kemampuan fiskal kita juga terbatas,” imbuh dia.
Menangani keterbatasan anggaran dalam membentuk Destana, dia menyampaikan ada upaya baru yaitu menjadikan Destana sebagai Mastana (Masyarakat tangguh bencana). Hal ini sama tujuan dengan Destana yaitu menyiapkan tenaga dalam membantu sesama apabila terjadi bencana.
“Akhirnya karena keterbatasan anggaran yang ada pada kita konsep Destana itu kita ubah menjadi Mastana (Masyarakat tangguh bencana). Artinya kita memberikan informasi edukasi komunikasi tentang kebencanaan itu tidak dibatasi oleh administrasi wilayah desa tetapi beberapa desa dalam kawasan daerah aliran sungai itu kita bentuk bareng-bareng,” tandasnya.
Pembentukan Destana, kata Martinus, tidak hanya tugas dari BPBD Kabupaten Pati. Pemerintah Kabupaten Pati lainnya juga bisa terlibat langsung, misalnya melalui Dinas Sosial itu ada program kampung siaga bencana. (Network Lingkar/Mantranews.id)