PATI, Mantranews.id – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI mengunjungi petani kedelai di Desa Trimulyo, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati pada Jumat (3/1/2024). Kunjungan tersebut merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap petani kedelai di Pati yang mengeluh lantaran hasil panennya sulit dipasarkan.
Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bappenas RI, Maino Dwi Hartono mengatakan bahwa para petani harus diberikan bantuan agar mereka lebih maksimal dalam mendukung berswasembada pangan.
Salah satu bantuan yang diberikan Bappenas kepada petani kedelai di Pati adalah fasilitasi distribusi pangan. Bantuan tersebut terdiri dari komponen biaya seperti transportasi dari kelompok tani (Poktan) ke lokasi tujuan pemasaran, biaya pengeringan (blower), pengemasan dan angkut serta biaya susut hasil.
Menurut Maino, bantuan berupa fasilitasi distribusi pangan dapat memudahkan para petani kedelai untuk memasarkan hasil panennya kepada para produsen tahu ataupun tempe yang ada di seluruh Indonesia.
“Salah satu kuncinya adalah pemasaran, sehingga perlu kita link-kan, para petani ini di Gapoktan bagaimana bisa di link ‘kan ke optaker (para pengrajin tahu tempe) pengrajin tahu tempe di Jawa Tengah maupun nasional,” ujarnya pada Jumat, (3/1/2024).
Maiono menyebut, Kabupaten Pati merupakan salah satu lumbung pangan di Jawa Tengah bahkan nasional yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari Pemerintah pusat. Terkhusus, untuk hasil tani berupa kedelai yang memiliki kualitas lebih bagus jika dibandingkan dengan kedelai impor.
“Kami mengapresiasi Gapoktan di Pati, ini menjadi pintu masuk bagi pemerintah pastinya. Masih ada petani yang bertahan menanam kedelai, pemerintah harus melindungi baik itu dari sisi harganya, distribusi, pemasaran dan sebagainya,” paparnya.
Ketua Poktan Desa Trimulyo, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Sucipto mengaku sempat mengalami kendala dalam proses pemasaran hasil pertaniannya. Namun, dengan adanya bantuan fasilitasi distribusi pangan, para petani kedelai di desanya tidak kesusahan lagi dalam menyalurkan hasil panennya ke konsumen.
“Pada saat itu kami ditikung kedelai impor, sehingga pemasaran kami terserapnya agak lambat. Sehingga dengan adanya bantuan dari Bappenas kami merasa sangat berterimakasih sekali,” ungkapnya pada Jumat (3/1/2024).
Di berharap, pemerintah lebih gencar menyerap hasil pertanian di Pati khususnya kedelai. Sehingga, pada saat musim panen tiba para petani tidak hanya bergantung pada produsen tempe dan tahu dalam memasarkan hasil panennya.
“Selaku petani mengharapkan dengan kehadirannya Bulog, sehingga bisa membantu menyerap pada saat panen, karena pada saat panen mengandalkan mitra tahu dan tempe saja tentunya akan kesulitan tanpa kehadiran pemerintah,” harapannya. (Setyo Nugroho / Mantranews.id)