Berita Ekonomi Peristiwa

DLH Blora Sebut Semburan Air Bercampur Minyak Bisa Tambah PAD

SEMBURAN MINYAK

Warga mengambil minyak yang berasal dari semburan sumur tua di Dukuh Kedinding, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

BLORA, Mantranews.id – Semburan air bercampur minyak mentah mengejutkan warga Dukuh Kedinding, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Semburan itu terjadi sejak Kamis (13/2/2025). Di mana mulanya hanya ada satu sumur yang mengeluarkan semburan air, lumpur, dan gas, lalu merembet hingga tiga sumur.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Blora Istadi Rusmanto menuturkan, semburan air bercampur minyak itu berpotensi menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Blora karena dapat bernilai ekonomi.

“Mudah-mudahan, tanda-tanda ini (semburan air bercampur minyak, red) membawa keberkahan untuk Blora,” ucapnya di Blora, Jumat (14/2/2025).

Ia pun ingin supaya ada tindak lanjut untuk memastikan kandungan minyak pada semburan tersebut.

“Berarti intinya di wilayah sini (Kecamatan Kedungtuban, red) mengandung minyak ya. Mudah-mudahan dapat segera ditindaklanjuti agar dapat menambah PAD Blora,” ujarnya.

Sementara saat ditanya soal potensi adanya pencemaran lingkungan, Istadi menyebut sudah ada tim yang diterjunkan untuk memastikan ada atau tidaknya pencemaran di lahan sekitar maupun sungai.

“Saya melihat sudah dikasih oil boom untuk menangkap film-film minyak. Harapannya film-film minyak tidak sampai ke sungai,” jelasnya.

Di sisi lain, Yanto (36) salah seorang warga sekitar mengungkap bahwa ia berhasil mengumpulkan minyak dari semburan itu dan dihargai Rp 200 ribu per jeriken dengan kapasitas 35 liter.

“Sejak jam 9 pagi sampai jam 11 tadi sudah dapat 3 jeriken. Tadi ada yang telepon saya, mau dibeli. Satu jeriken dihargai Rp 200 ribu,” jelasnya.

Saat mengambil minyak itu, Yanto menggunakan pohon pisang untuk membendung air. Lalu minyak yang tertampung di atas air diambil menggunakan kain dengan cara ditempelkan ke permukaan air. Setelah minyak menempel di kain, Yanto memeras kain itu di wadah kecil dan memasukkannya di jeriken.

Berbeda dengan Yanto, Rusdi seorang petani setempat justru mengaku mengalami kerugian atas kejadian ini. Sebab, ladang jagung miliknya yang berusia sebulan terancam gagal panen karena terkena semburan minyak, air, dan gas.

“Kerugian kurang lebih Rp 1,5 juta. Tanaman saya ini, bibitnya habis 5 kilogram, tenaga sehari Rp 70 ribu, Rp 140 ribu biaya tanam, belum tenaga gejik minimal 2 orang 2 hari Rp 150 ribu, belum makan. Kalau pupuk habis 1,5 kuintal. Kalau mau diganti rugi terserah situ, saya hanya petani cilik biasa. Diganti atau tidak saya tidak berharap besar,” kata Rusdi. (CAK – Mantranews.id)

Exit mobile version