Berita Peristiwa

Fenomena Geofisika Picu Longsor di Petungkriyono Kabupaten Pekalongan

Nampak salah satu wilayah di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan yang hancur usai diterjang bencana pada 20 Januari lalu. (Fahri Akbar | Mantranews.id)

Nampak salah satu wilayah di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan yang hancur usai diterjang bencana pada 20 Januari lalu. (Fahri Akbar | Mantranews.id)

PEKALONGAN, Mantranews.id – Menurut Koordinator Posko Tanggap Darurat Kabupaten Pekalongan, Handono Warih, fenomena geofisika yakni perubahan tekanan dan suhu di dalam tanah menjadi pemicu bencana tanah longsor di Kecamatan Petungkriyono pada 20 Januari lalu.

Ia menyebut, akumulasi gas metana dan amonia di dalam tanah akibat perubahan kondisi geofisika bisa memicu ledakan yang menyebabkan longsor.

“Ini adalah fenomena alam yang sudah lama diketahui. Tetapi meningkatnya aktivitas manusia, seperti perubahan penggunaan lahan, memperbesar risikonya,” ujarnya, belum lama ini.

Sebagai langkah mitigasi, Ketua Umum Ormas Laskar Dewa Ruci itu merekomendasikan penanaman tanaman keras di daerah perbukitan.

Tanaman keras memiliki akar yang kuat dan dalam, sehingga mampu mengikat tanah serta menahan air. Hal ini dinilai mampu mengurangi potensi longsor.

Selain faktor geofisika, Handono juga menyoroti pentingnya memahami kearifan lokal. Termasuk toponimi atau nama-nama desa serta informasi tersirat di suatu tempat.

Menurutnya, nama suatu tempat sering kali mengandung informasi tentang kondisi geografis dan potensi bencana di daerah tersebut.

Salah satu informasi yakni mengenai keberadaan arca Ganesha di Petungkriyono, yang diyakini memiliki makna simbolis soal potensi energi dan fenomena alam di kawasan itu.

“Longsor ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa menjaga keseimbangan lingkungan sangat penting. Dengan memahami pengetahuan lokal dan mengambil langkah pencegahan, kita bisa mengurangi risiko bencana di masa depan,” tukas Handono. (Fahri Akbar | Mantranews.id)

Exit mobile version