SEMARANG, Mantranews.id – Imbas dari efisiensi anggaran, sejumlah hotel di Kota Semarang rugi hingga ratusan juta rupiah lantaran pemesanan penggunaan hotel berkurang.
Kebijakan itu mengakibatkan berkurangnya perjalanan dinas dari instansi pemerintahan, yang selama ini menjadi salah satu pasar utama bagi hotel-hotel di kota tersebut.
Marketing Communication salah satu hotel di Semarang, Revita Andira mengatakan bahwa sejak kebijakan efisiensi anggaran mulai diberlakukan, hotelnya mengalami penurunan pendapatan yang cukup signifikan. Terutama pada sektor penjualan kamar dan banquet.
“Efisiensi anggaran pasti berdampak karena memang pasar government kami cukup besar. Dampaknya lebih terasa pada pendapatan hotel, terutama penurunan penjualan kamar dan banquet, yang turun sekitar 20-35 persen,” ujar Revita di Semarang, Selasa, 18 Februari 2025.
Bahkan, kata dia, beberapa pemesanan yang telah dilakukan sebelumnya terpaksa dibatalkan. Sejak akhir Januari 2025 ketika kebijakan ini mulai diterapkan, sekitar 30 persen pemesanan kamar di hotelnya dibatalkan. Meskipun begitu, pihak hotel masih berusaha bertahan dengan harapan kondisi akan segera membaik.
Dampak serupa juga dirasakan oleh lainnya di Semarang. General Manager hotel, Erny Kusmastuti menyatakan bahwa kebijakan ini menyebabkan banyak perjalanan dinas dibatalkan, yang mengakibatkan kehilangan pendapatan hingga Rp 350 juta.
“Benar, kebijakan efisiensi anggaran sangat berdampak bagi kami. Beberapa kementerian membatalkan perjalanan dinas mereka, sehingga kami kehilangan bisnis sekitar Rp 350 juta. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan hotel kami,” jelasnya.
Tak hanya hotel, dampak kebijakan ini juga dirasakan oleh industri pendukung. Seperti vendor sayur, ayam, makanan, serta UMKM lainnya yang selama ini menjadi pemasok kebutuhan hotel. Jika kondisi ini terus berlanjut, dikhawatirkan banyak usaha kecil yang terpaksa gulung tikar akibat menurunnya jumlah tamu hotel secara drastis.
Pihak perhotelan berharap pemerintah dapat mempertimbangkan dampak kebijakan ini terhadap industri hospitality, karena sektor ini tidak hanya melibatkan pengelola hotel tetapi juga banyak UMKM yang menggantungkan hidup mereka dari bisnis perhotelan.
“Banyak restoran yang akan tutup jika tamu hotel semakin sepi,” keluh Erny.
Dengan situasi yang masih penuh ketidakpastian, pelaku industri perhotelan dan UMKM di Semarang berharap adanya solusi dari pemerintah agar roda perekonomian tetap berjalan dan sektor pariwisata tetap bertahan. (Rizky Syahrul | Mantranews.id)