KAB. SEMARANG, Mantranews.id – Jamasan pusaka menjadi salah satu rangkaian ritual acara yang dilakukan menjelang Hari Jadi Ke-504 Kabupaten Semarang.
Sebelum dilakukan jamasan, terlebih dulu dilakukan prosesi Susuk Wangan yakni mengambil air dari mata air yang ada di 19 kecamatan di Kabupaten Semarang, kemudian dikirab dari kecamatan ke kecamatan melalui prosesi Merti Bumi Serasi.
Rangkaian hari jadi Kabupaten Semarang dilanjutkan dengan Loh Tinampi Tirta Perwito Sari oleh Bupati dan Wakil Bupati Semarang serta Forkopimda di Pendopo Rumah Dinas Bupati Semarang.
Selain itu, dalam prosesi jamasan, juga dilakukan siram keraton atau menyiram halaman Pendopo Dinas Bupati Semarang dan menyapu halamannya menggunakan sapu lidi.
Juru Jamas, Sutikno menjelaskan bahwa pusaka yang dijamas meliputi tombak dan keris, termasuk peninggalan Kiai Ageng Pandanaran I dan Kiai Ageng Pandanaran II yang merupakan Bupati Semarang pertama.

“Di antaranya ada tiga tombak, ada tombak trisula. Kemudian ada tiga pusaka lagi yang di jamas yaitu berupa keris, dan ada lagi yang seharusnya ikut di jamas tapi tidak bisa karena belum dikembalikan ke Kabupaten Semarang oleh peminjamnya dulu,” ungkapnya.
Ia mengungkap bahwa pusaka-pusaka yang dijamas memiliki simbol pengetahuan. Sehingga harus diketahui oleh para generasi muda.
Pusaka-pusaka itu dijamas menggunakan air dari sumber-sumber mata air dari 19 kecamatan. Selanjutnya kembali disimpan di ruangan khusus yang berada di Rumah Dinas Bupati Semarang.
Bupati Semarang, Ngesti Nugraha menjelaskan, bahwa Jamasan Pusaka adalah rangkaian acara Hari Jadi Ke-504 Kabupaten Semarang.
Selain jamasan dan Susuk Wangan, rangkaian lain yang juga selalu dilakukan yakni ziarah ke makam Kiai Ageng Pandanaran I dan Kiai Ageng Pandanaran II.
“Selain itu juga ada NAPAK TILAS di Rumah Bupati Semarang sementara saat itu, karena adanya Agresi Militer II di tahun 1947 yang ada di Dusun Paseban, Desa Pager, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang,” kata Ngesti Nugraha.
Dalam prosesi tersebut juga dilakukan kegiatan Wilujengan atau doa lintas agama yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dari masing-masing agama yang ada negara Indonesia.
“Melalui Wilujengan ini di Hari Jadi Ke-504 Kabupaten Semarang di tahun 2025 ini, Kabupaten Semarang tetap ayem, tentram, gemah ripah loh jinawi, kondusif, aman, semakin berkembang, semakin maju, dan selamat semuanya, dan juga diberkahi oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,” harap Bupati Semarang itu.
Disinggung soal rangkaian kegiatan lainnya di Hari Jadi Ke-504 Kabupaten Semarang yang bertepatan dengan datanya bulan Ramadhan 1446 H, ia menyatakan kegiatan akan tetap dilakukan sebagaimana mestinya.
“Untuk acara-acara sakral akan selesai hari ini sampai dengan nanti malam. Kemudian, nanti di tanggal 15 Maret 2025 yang bertepatan dengan Hari Jadi Ke-504 Kabupaten Semarang kami akan melaksanakan upacara di Alun-Alun Bung Karno, Ungaran dan dilanjutkan dengan Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Semarang,” terang dia.
Setelah itu, lanjutnya, untuk kegiatan-kegiatan yang lain akan dilaksanakan setelah perayaan Idul Fitri 1446 H secara sederhana.
“Karena ini tentu berkaitan dengan adanya Inpres Nomor 1 Tahun 2025 dari Presiden Prabowo Subianto, kami juga melakukan efisiensi-efisiensi kegiatan, seperti pagelaran seni budaya ini juga kita kurangi karena adanya Inpres tersebut. Termasuknya kegiatan seremonial lainnya juga kita kurangi karena adanya efisiensi anggaran ini,” tegasnya.
Meski demikian, ia berharap dengan adanya hal tersebut tidak mematahkan sakral dan semangat warga Kabupaten Semarang dalam menyambut Hari Jadi Ke-504 Kabupaten Semarang itu di tahun 2025 ini. (Hesty Imaniar | Mantranews.id)