BLORA, Mantranews.id – Di sebuah rumah sederhana yang beralaskan tanah dan terbuat dari papan, Atik (50) duduk di dekat suaminya, Yunus (52), yang sedang menjalani perawatan pasca-insiden tragis yang merenggut nyawa rekan-rekannya.
Yunus adalah salah satu korban selamat dari kecelakaan jatuhnya crane lift pada pembangunan RS PKU Muhammadiyah Blora, pada Sabtu (8/2). Saat itu, kecelakaan itu menewaskan tiga orang di tempat kejadian dan dua lainnya saat perawatan.
Meskipun tubuh Yunus kini masih lemah, dengan kedua kakinya yang terbalut perban tebal, dia sudah bisa duduk meski belum bisa berjalan. Perjuangan Atik untuk merawat suaminya terlihat jelas. Dengan segala keterbatasan, ia tetap berusaha menjaga dan mendampingi Yunus dalam pemulihannya yang belum kunjung selesai.
“Kulo trimo mawon pak, lah pripun keadaan’ne bapake njenengan ngeten (Saya terima saja, pak, ya bagaimana keadaan suami saya ya begini),” ujar Atik dengan suara rendah, menyiratkan pasrah.
Dalam rumah kecil itu, kehidupan mereka berubah drastis. Atik yang tidak bekerja, kini mengandalkan penghasilan suaminya yang bekerja di RS PKU Muhammadiyah Blora. Meskipun gaji suaminya tidak besar, Atik bersyukur karena ia masih menerima gaji setiap minggu.
“Satu minggunya Rp 480 ribu. Biasanya di transfer ke larene kulo (anak saya),” ujar Atik, penuh rasa syukur meski dalam keterbatasan.
Namun, di tengah kesulitan yang menghimpit, Atik tetap berjuang. Ia harus membayar biaya sekolah anaknya yang masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTS).
Meski terperangkap dalam situasi yang penuh cobaan, Atik masih mendapat perawatan yang baik dari pihak RS PKU Muhammadiyah Blora. Setiap dua hari, luka suaminya dibersihkan, dan perkembangan kesehatannya dipantau.
Yunus kini mulai bisa makan, meski nafsu makannya belum seperti semula. Bantuan yang diterima Atik dari pihak RS PKU Muhammadiyah Blora dan Muhammadiyah turut meringankan sedikit beban keluarga ini.
“Totalnya kalo uang itu hanya Rp 1,2 Juta saja. Rp 1 juta itu saat kejadian, jadi bisa di buat beli popok dan air di rumah sakit,” jelasnya, menggambarkan betapa bantuan tersebut sangat dibutuhkan.
Namun, ada kegelisahan yang terus menghantui Atik. Meskipun suaminya menunjukkan perkembangan yang membaik, Atik khawatir bahwa pemulihan penuh tidak akan tercapai.
Cedera yang dialami Yunus, yang harus menjalani operasi tulang akibat kecelakaan itu, membuatnya meragukan kesembuhan totalnya.
“Ya mau bagaimana, yang kerja bapaknya, saya ngga kerja,” keluh Atik, menyadari betapa besar dampak insiden ini pada keluarga mereka.
Hari-hari Atik kini diwarnai dengan perjuangan tanpa henti. Ia terus berharap, meski pasrah dengan nasib, bahwa keluarga kecilnya dapat melewati cobaan ini dengan kekuatan hati dan ketabahan.
Dalam kesederhanaan rumah mereka yang beralaskan tanah, Atik tetap menjaga harapan, bahwa suatu hari suaminya akan sembuh, dan kehidupannya kembali normal seperti sedia kala. (Cak/Mantranews.id)