PATI, Mantranews.id – Para petani ketela di Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati saat ini mulai resah. Hal itu menyusul lantaran ketela yang ditanam harganya anjlok, sehingga merugikan para petani.
Salah satu petani ketela Desa Gesengan Kecamatan Cluwak, Suyanto, mengaku bahwa kondisi petani di Pati saat ini memprihatinkan lantaran harga jual hasil panen hanya laku Rp 1.700 per kilogramnya.
Padahal, kata dia, harga itu masih jauh untuk menutup biaya produksi. Mulai dari sewa lahan, biaya perawatan ketela, hingga ongkos panen.
Menurutnya, Para petani ketela di wilayah Pati rata-rata menggarap sawah dengan sistem sewa lahan dengan kisaran Rp 15 sampai Rp 20 juta per hektare dalam 1 tahun. Dan dalam 1 hektare, para petani bisa memanen tanaman ketela hingga 20 sampai 23 ton.
“Untuk harga ketela per kilo saat ini Rp 1700, kalau tanpa potongan Rp 800, tapi dengan harga itu untuk biaya operasional bongkar muat dan lain-lain sangat kurang,” keluhnya, Senin (10/3/2025).
Ia berharap agar ada peran pemerintah untuk bisa menstabilkan harga ketela. Apalagi, banyak dari petani yang meminjam modal dari bank untuk bisa menggarap lahan.
“Kami berharap pemerintah tidak tinggal diam, karena anjloknya harga ketela, membuat para petani merugi. Para petani ketela ini rata-rata banyak yang pinjam bank untuk usaha tanam ketela, kalau harganya anjlok begini, para petani pusing tidak bisa bayar bank,”sesalnya” tambahnya.
Saat ini, Lanjut Suyanto yang juga sebagai Kepala Desa Gesengan itu mengaku bahwa para petani ketela sudah pusing
Para petani ketela banyak yang tidak memanen tanaman ketelanya dengan alasan harganya masih anjlok, sehingga banyak yang tidak dipanen.
“Para petani ketela saat ini pusing, banyak petani yang tidak mencabut ketela karena harga dianggap tidak sesuai, padahal banyak ketela yang usianya sudah tua,” tutupnya. (Arif Febriyanto/Mantranews.id)