Berita PERTANIAN

Hama Tikus Serang 80 Persen Sawah di Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

Kepala Desa (Kades) Pabelan, Kecamatan Pabelan Abdul Aziz (kiri) bersama petani menengok lahan yang terdampak hama tikus. (Hesty Imaniar | Mantranews.id)

KAB. SEMARANG, Mantranews.id – Puluhan hektare sawah di Desa/Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang gagal panen akibat tanamannya terserang hama tikus.

Kepala Desa (Kades) Pabelan Abdul Aziz menuturkan bahwa di wilayahnya ada sekitar 80 hektare (ha) sawah. Namun 70-80 persen di antaranya gagal panen.

“Untuk tanam pertama di bulan Januari 2025 ini ada sekitar 70-80 persennya saat ini gagal panen di musim panen bulan April ini karena hama tikus,” katanya, Rabu (16/4),

Tidak hanya tanaman padi, sambungnya, tanaman jagung dan umbi-umbian juga rusak karena hama tikus.

“Yang paling besar tanaman padi yang rusak, kalau jagung dan umbi-umbian tidak begitu banyak,” terang dia.

Petani pun hanya bisa pasrah. Mereka juga terpaksa untuk tetap menanam padi kembali.

“Karena memang ini siklus tahunan, nanti dia akan hilang sendiri,” beber Aziz.

Ia menuturkan bahwa petani rugi besar. Selain diakibatkan siklus alam, munculnya hama tikus ini juga disebabkan berkurangnya hewan pemangsa tikus.

Sementara disampaikan oleh petani setempat, Ahmadi bahwa hama tikus memang kerap muncul di masa panen padi.

“Hama tikus ini ukurannya kecil-kecil dan sering muncul di malam hari. Mereka merusaknya itu tanamannya, jadi akhirnya rusak semua tanaman padi ini,” jelas Ahmadi.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang Moh. Edy Sukarno menyatakan bahwa populasi hama tikus terus melonjak tajam.

Ada lima kecamatan yang areal persawahannya terserang hama tikus. Mulai dari Kecamatan Tuntang, Bawen, Ambarawa, Pabelan hingga Jambu. Bahkan ada yang terparah yakni Kecamatan Banyubiru.

“Sampai sekarang ini kami masih terus tengah mendata sawah-sawah yang terserang hama tikus. Sementara ini perkiraan, total puluhan hektare sawah di lima kecamatan itu terdampak,” katanya.

Dirinya pun mengakui bahwa melonjaknya hama tikus akibat rusaknya ekosistem. Di mana musuh utama tikus, yakni ular jumlahnya sudah tidak seimbang.

“Selain itu, kurangnya gerakan pola tanam serempak di seluruh wilayah juga berimbas pada meningkatnya rasio kerusakan sawah akibat serangan tikus. Artinya, belum ada pengendalian hama tikus secara simultan atau berkesinambungan, sehingga tidak terkoordinir dan jumlah tikus menjadi sporadis,” terang Edy. (Hesty Imaniar | Mantranews.id)