JAKARTA, Mantranews.id – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sepakat menyelesaikan negosiasi tarif impor resiprokal dalam waktu 60 hari atau dua bulan.
“Indonesia dan Amerika Serikat bersepakat untuk menyelesaikan perundingan ini (tarif impor resiprokal, red) dalam waktu 60 hari,” ucap Airlangga dalam konferensi pers bertajuk “Perkembangan Terkini Negosiasi dan Diplomasi Perdagangan Indonesia-Amerika Serikat” di Washington DC, Amerika Serikat, yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat (18/4/2025).
Dalam negosiasi yang berlangsung, juga telah disepakati kerangka acuan dan cakupan pembahasan, yang meliputi kemitraan perdagangan dan investasi, kemitraan mineral kritis, serta kemitraan terkait reliabilitas atau ketangguhan rantai pasok.
Hasil-hasil dalam pertemuan tersebut, kata Airlangga, akan ditindaklanjuti dengan berbagai pertemuan sebanyak satu hingga tiga putaran.
“Kami berharap dalam 60 hari, kerangka tersebut bisa ditindaklanjuti dalam bentuk format perjanjian yang akan disetujui antara Indonesia dan Amerika Serikat,” ucap Airlangga.
Adapun sejumlah pejabat AS yang telah ditemui oleh tim negosiasi RI adalah Secretary of Commerce/Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, US Trade Representative (USTR)/Wakil Dagang AS Jamieson Greer, dan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio.
Pertemuan dengan Menteri Keuangan Scott Bessent direncanakan berlangsung pada pekan depan.
“Jadi, Pemerintah Indonesia secara aktif mengakses pejabat yang terkait di Amerika Serikat,” kata Airlangga.
Ia menyebut sejumlah barang ekspor Indonesia sudah terkena tarif hingga 47 persen yang diterapkan pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden AS Donald Trump.
Kebijakan tarif dagang 32 persen untuk barang Indonesia memang ditunda 90 hari. Namun, Trump tetap memberlakukan tarif dagang 10 persen untuk semua barang dari semua negara.
Tarif itu juga diperparah dengan sejumlah tarif yang telah diterapkan AS terhadap barang-barang Indonesia sebelumnya.
“Khusus di tekstil, garmen ini ‘kan antara 10 sampai dengan 37 persen, maka dengan diberlakukannya 10 persen tambahan, maka tarifnya itu menjadi 10 ditambah 10 ataupun 37 ditambah 10,” jelasnya.
Airlangga menilai hal ini membebani ekspor Indonesia. Barang-barang Indonesia menjadi kurang kompetitif dibandingkan negara lain. Dia menyebut tarif yang didapatkan Indonesia lebih besar dari negara-negara Asia lainnya.
Selain itu, eksportir Indonesia juga terbebani. Pasalnya, para importir di AS tak mau menanggung tarif Trump sepenuhnya.
“Ekspor kita biayanya lebih tinggi karena tambahan biaya itu diminta oleh para pembeli agar di sharing dengan Indonesia bukan pembelinya saja yang membayar pajak tersebut,” ujar politisi Partai Golkar ini.
Airlangga menyampaikan pemerintah sedang melobi AS agar menurunkan tarif. Dia tak menyebut target penurunan tarif, tetapi meminta agar tarif untuk Indonesia sama dengan negara pesaing.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono dan Menlu Amerika Serikat Marco Rubio melakukan pertemuan bilateral di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (16/4/2025) waktu setempat.
Dalam pertemuan tersebut, Sugiono dan Rubio menegaskan komitmen bersama untuk terus menguatkan kemitraan strategis bilateral di berbagai bidang, baik politik dan keamanan, perdagangan, hingga investasi.
Sugiono juga menggunakan kesempatan tersebut untuk menyampaikan sejumlah inisiatif RI guna memudahkan investasi kepada Rubio.
Menlu RI juga mendorong penguatan kerja sama ekonomi RI-AS, khususnya dalam konteks rantai pasok dengan mengundang investor AS menanamkan modalnya di sektor mineral kritis, seperti nikel, dan sektor-sektor penting lain.
Dalam pertemuan tersebut, Sugiono menyampaikan berbagai prioritas dan program Astacita Presiden Prabowo Subianto yang meliputi ketahanan pangan dan energi, hilirisasi, serta pembangunan sumber daya manusia.
Negosiasi tarif yang dilakukan oleh Indonesia terhadap AS merupakan respons dari pengumuman kebijakan tarif resiprokal atau timbal balik kepada sejumlah negara, termasuk Indonesia, oleh Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025.
Dalam kebijakan terbaru AS itu, Indonesia dikenakan tarif resiprokal sebesar 32 persen, sementara negara-negara ASEAN lainnya, Filipina 17 persen, Singapura 10 persen, Malaysia 24 persen, Kamboja 49 persen, Thailand 36 persen, dan Vietnam 46 persen.
Walaupun demikian, Presiden Trump pada 9 April 2025 mengumumkan jeda selama 90 hari untuk penerapan tarif impor resiprokal itu kepada sebagian besar negara, kecuali China. Indonesia masuk dalam kelompok negara yang mendapatkan jeda selama tiga bulan penuh itu. (ANT – Mantranews.id)