
PATI, Mantranews.id – Musim Tanam III yang ditandai dengan pergantian dari musim hujan ke musim kemarau di Kabupaten Pati tidak maksimal. Pasalnya, adanya fenomena kemarau basah membuat tanaman kacang hijau yang banyak ditanam pada MT III ini tidak bisa tumbuh maksimal.
Seperti yang dialami oleh para petani di Kecamatan Winong, dimana yang biasanya bisa memanen satu ton, kini hampir tak bisa panen sama sekali karena tanaman sudah mati dulu sebelum tumbuh.
Kondisi tanah yang lembab dan tergenang air membuat benih kacang hijau yang ditanam mati, membuat petani tidak bisa menanam maksimal.
“Winong itu cocoknya palawija, tapi tahun ini gagal semua. Curah hujan tinggi sampai Juli bikin tanah terus lembab. Padahal kacang hijau harus kering setelah dua minggu tanam. Sekarang malah busuk dua kali,” ungkap Ridwan, salah satu petani dari Kecamatan Winong, Jumat (1/8/2025).
Jikapun ditanami padi kembali pada MT III, lahan sawah disebut tidak cocok karena unsur hara dan kualitas tanah yang sudah berkurang pasca ditanam padi dua kali. Disamping itu, petani juga tidak mau ambil resiko menanam padi meskipun kemarau basah.
Dikatakan jika tahun 2025 menjadi tahun terberat bagi para petani di daerahnya. Di awal MT 1, petani padi menghadapi kekeringan selama 60 hari. Sedangkan di MT 2, tanaman padi diserang hama, dan kini di MT 3, kacang hijau yang menjadi andalan palawija justru gagal total.
“MT 1 kekeringan, MT 2 diserang hama, MT 3 palawija busuk. Lengkap sudah penderitaan petani tahun ini,” tambahnya.
Ia memperkirakan penurunan produksi kacang hijau mencapai 75 persen dibanding tahun lalu. Jika di 2024 produktivitas mencapai 3 ton per hektar, kini hampir tidak ada yang berhasil dipanen.
Petani berharap ada solusi jangka panjang, bukan hanya bantuan sesaat, agar musim tanam berikutnya tidak kembali menjadi mimpi buruk. (red)