PATI, Mantranews.id – Memasuki musim penghujan, harga jual garam di Kabupaten Pati mengalami kenaikan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh menurunnya produksi garam akibat faktor cuaca.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, Hadi Santoso, mengatakan produksi garam sangat bergantung pada cuaca panas. Saat musim hujan, proses produksi tidak dapat berjalan optimal sehingga jumlah garam yang dihasilkan menurun dan berdampak pada kenaikan harga.
“Di bulan ini harga garam Rp 2.600 dari mulai pertengahan bulan ini. Saya tahunya dulu masih Rp 1.200-an, akhrinya naik-naik karena kelangkaan. Kemarin, Selasa di angka Rp 2.600 yang masih di petambak,” kata Hadi.
Ia menjelaskan, kondisi tersebut menguntungkan pemilik gudang garam yang masih memiliki stok lama. Namun, bagi petani garam, tingginya curah hujan justru menyulitkan proses produksi.
Selain faktor cuaca, Hadi menyebut penurunan produksi garam juga terjadi sepanjang tahun 2025. DKP Kabupaten Pati mencatat produksi garam hingga akhir November 2025 hanya mencapai sekitar 93 ribu ton. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan produksi tahun 2024 yang mencapai 324 ribu ton.
“Tahun ini sampai akhir November cuma 93.000 ton, padahal tahun lalu 324.000 ton, karena kini kemarau basah itu yang menjadikan harga lumayan tinggi. Data kita mulai Juni, mulai pengolahannya Juni baru produksi. Dibanding produksi tahun kemarin, kini hanya sepertinganya, kalau tahun kemarin tertinggi,” paparnya.
Hadi menambahkan, selain cuaca, keterbatasan dan perubahan luasan lahan juga memengaruhi produksi. Petambak garam di Kabupaten Pati umumnya memanfaatkan tambak yang sebelumnya digunakan untuk budidaya ikan, sehingga penggunaannya dapat berubah sewaktu-waktu.
“Salah satunya selain kemarau basah luasan lahan yang berubah-ubah, mana yang untung garam atau ikan? Kalau ini jadi tambak garam, besok belum tentu,” tandasnya. (Arif Febriyanto – Mantranews.id)


