PATI, Mantranews.id – Ribuan warga mengikuti tradisi kirab luwur dan nyadran makam Syekh Djangkung atau sering dikenal Saridin di Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, berlangsung pada Sabtu (11/1/2025).
Kirab ini diawali dengan arak-arakan luwur makam Syekh Djangkung dan gunungan hasil bumi yang melambangkan penghormatan kepada sosok wali penyiar agama Islam di wilayah Pegunungan Kendeng.
Ketua Yayasan Makam Syekh Djangkung, Samaun, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari haul dan nyadran yang ke-384 kalinya.
“Kirab ini melibatkan luwur makam yang akan dipasang kembali pada Rabu mendatang. Luwur tersebut adalah penutup makam yang terdiri dari tiga lapis dan memiliki makna khusus,” ujarnya di lokasi acara.
Selain itu, warga juga melakukan arak-arakan dua gunungan hasil bumi yang bermakna satu laki-laki dan dan satunya lagi perempuan. Usai di arak, gunungan tersebut diperbolehkan untuk diambil warga.
“Gunungan ini biasanya diperebutkan warga sebagai bentuk barokah dan sedekah dalam rangka haul Mbah Syekh Djangkung,” tambahnya.
Sekretaris Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Pati, Endah Murwaningrum, mengungkapkan bahwa Syekh Djangkung adalah penyiar agama Islam di Jawa, terutama di wilayah Pegunungan Kendeng bagian utara.
“Tradisi kirab luwur ini tidak hanya mengenang jasa Syekh Djangkung, tetapi juga melestarikan warisan budaya dan sejarah Kabupaten Pati. Haul ini menjadi wujud syukur atas nikmat dan kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT,” jelas Endah.
Menurutnya, Syekh Djangkung merupakan sosok wali yang memiliki karakter nyentrik, humoris, dan jiwa penolong. Tak heran, jika salah satu murid Sunan Kudus itu dihormati masyarakat lantaran kerendahan hati dan ketawadukannya yang ditunjukkannya kepada semua orang.
Tradisi kirab luwur dan nyadran ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dan menjadi bukti pelestarian tradisi budaya yang memiliki nilai religius dan historis di Pati. (Setyo Nugroho/Mantranews.id)