Berita

Firman Soebagyo Curiga Ada Pembiaran Kasus PMK demi Buka Keran Impor Daging

Firman Soebagyo

JAKARTA, Mantranews.id – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menimpa hewan-hewan ternak terutama sapi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menuai sorotan dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPR) RI Komisi IV Dapil Jawa Tengah (Jateng) III Firman Soebagyo. 

Ia menilai pada musim penghujan wabah ini makin meningkat. Kondisi tersebut makin mengkhawatirkan jelang bulan Ramadhan, yang mana permintaan terhadap daging sapi juga meningkat. 

Firman menyebut, jika wabah PMK sudah menjadi sesuatu yang tak terhindarkan setiap tahunnya. Maka dari itu, ia pun meminta pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI untuk lebih giat melakukan antisipasi.

“Jadi bicara tentang PMK ini sesuatu yang sifatnya rutin hampir setiap tahun terjadi. Oleh karena itu, saya selalu menyampaikan hendaknya pemerintah itu jangan hanya melakukan satu tindakan setelah terjadi. Lebih bagus lakukan antisipasi,” papar Firman di Kompleks Senayan, Jakarta, Selasa (18/2).

Firman kemudian meminta agar hewan-hewan ternak yang berpotensi terkena PMK seperti sapi dan kambing untuk rutin dilakukan vaksinasi. 

“Pemberian vaksin terhadap hewan-hewan ternak itu harus dilakukan. Lalu siapa yang melakukan? Tentunya tidak hanya dari kementerian, karena anggaran di kementerian sekarang terbatas.”

Lebih lanjut, meski anggaran kini terbatas, Firman berharap adanya sosialisasi terhadap para peternak perihal gejala-gejala dan ciri-ciri hewan ternak yang terinfeksi PMK. 

“Terlebih peternak-peternak kita ini masih konvensional, belum modern. Inilah yang rentan terhadap serangan hama PMK,” ujarnya.

Selain itu, Firman menyebutkan beberapa kendala terkait penanganan PMK, seperti terlambatnya vaksinasi, kurangnya stok vaksin hingga sedikitnya tenaga kesehatan hewan atau dokter hewan.

“Kita tidak bisa silahkan satu persatu instrumen pemerintah. Pertama, tidak pernah memiliki stok vaksin. Kedua, tidak memiliki dokter hewan yang cukup. Di saat dokternya terbatas, jangkauannya pun tidak mungkin. Di dinas itu mungkin hanya 4-5 dokter (hewan) tapi harus menangani satu kabupaten dengan 21 kecamatan dan hampir 400 desa dan rata-rata penduduknya punya ternak sapi,” papar Firman.

Permasalahan ini diakui Firman harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Sebagai wakil rakyat, ia akan berdiskusi dengan pemerintah untuk mengatasi wabah PMK.

“Jangan sampai, ketika menjelang event-event besar seperti Ramadhan atau Idul Adha yang harusnya mereka (peternak) panen raya, sapinya banyak dijual dan dipotong tapi sapinya keburu mati karena wabah PMK,” ungkapnya.

Dampak akibat meningkatnya wabah PMK yakni harga daging sapi pun ikut menjadi mahal dari biasanya. Maka dari itu, Firman menyebut Komisi IV DPR RI akan menyiapkan strategi untuk mencegah lonjakan harga.

Firman tidak ingin impor menjadi alasan di saat pasar lokal lesu akibat ternak banyak yang mati karena PMK. 

“Saya khawatir apakah ini status pembiaran, sehingga ujung-ujungnya para pelaku dagang importir. Dengan alasan atau dalih tidak mencukupi, jalan pintasnya melakukan impor. Siapa yang diuntungkan? Ya pedagang importir. Ini yang gak boleh,” tandasnya.

Maka dari itu, Firman meminta ketegasan pemerintah untuk antisipasi wabah PMK jelang Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha. Ia juga meminta agar pemerintah ikut melibatkan kampus-kampus yang memiliki prodi kedokteran hewan.

“Beri vaksin sebanyak-banyaknya, dokter hewan disiapkan. Saya yakin kalau perguruan tinggi kedokteran hewan dilibatkan, mereka juga mau. Hanya saja, persoalannya ada gak keinginan itu? Kalau tidak ada, itu patut dipertanyakan karena akan menambah beban biaya negara kepada importir. Ini yang patut diwaspadai,” pungkasnya. (yun/Mantranews.id