PATI, Mantranews.id – Malam pergantian tahun 2026 di Kabupaten Pati tak seramai tahun-tahun sebelumnya. Jalanan yang biasanya dipenuhi pedagang terompet dan kembang api kini tampak lebih lengang. Suasana yang cenderung sepi itu menjadi pemandangan berbeda bagi warga yang terbiasa menyambut tahun baru dengan hiruk-pikuk perayaan.
Namun di balik lengangnya penjual dadakan di tepi jalan, berkah tetap dirasakan para reseller mainan. Di kawasan Gowangsan, Kota Pati, lapak-lapak terompet masih ramai disambangi pembeli. Aneka warna dan bentuk terompet tersusun rapi, menunggu tangan-tangan kecil yang ingin meniupkan suara khas malam tahun baru.
Yuni, pemilik salah satu toko mainan di kawasan tersebut, mengaku penjualan terompet mengalami peningkatan dalam sepekan terakhir. Meski suasana kota tak semeriah biasanya, minat masyarakat tetap ada.
“Harga trompet paling murah Rp 6.000 sampai paling mahal Rp 25.000. Kulakannya 20 hari yang lalu, lakunya sejak 7 hari terakhir, minggu-minggu saat ini banyak ramai soalnya mendekati tahun baru. Per hari kisaran 20 sampai 30 terjual, bisa dihitung kemarin dan hari ini. Bisa lebih banyak lagi nanti malam,” ungkapnya, Rabu 31 Desember 2025.
Lonjakan pembelian terompet menjelang akhir tahun, menurut Yuni, merupakan pola yang hampir selalu terjadi. Faktor cuaca turut memengaruhi ramainya pembeli.
“Tahun lalu juga ramai, masyaAllah kalau cuaca mendukung. Kalau cuaca tidak mendukung ya turun,” tuturnya sambil tetap melayani pembeli yang datang silih berganti.
Beragam bentuk terompet menjadi daya tarik tersendiri. Dari bentuk naga, barongsai, hingga terompet kerucut sederhana, semuanya diminati pembeli dengan selera berbeda.
Fenomena ini menunjukkan antusiasme masyarakat Pati dalam menyambut tahun baru masih terasa, meskipun tanpa pesta kembang api dan hiburan musik yang biasanya memeriahkan malam pergantian tahun. Di tengah keterbatasan perayaan, bunyi terompet tetap menjadi simbol kecil harapan dan semangat menyongsong tahun yang baru. (Arif Febriyanto – Mantranews.id)


