SALATIGA, Mantranews.id – Tradisi sadranan di Makam Shufi, Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga jadi agenda wajib tiap bulan sya’ban atau ruwah dalam penanggalan hijriah. Kegiatan ini berisi pengiriman doa kepada leluhur yang telah meninggal dunia.
Uniknya, sebelum acara inti di Makam Shufi, warga mengarak 1.000 tumpeng dengan cara dipikul. Semua warga yang mengarak tumpeng mengenakan pakaian adat Jawa.
“Sadranan sudah menjadi agenda tahunan yang rutin dilaksanakan setiap bulan Sya’ban atau ruwah. Adapun tujuan dari acara ini, untuk mengirim doa kepada para orang tua dan leluhur yang sudah meninggal dunia,” kata Ketua RW 4 kelurahan setempat, Mugi Harjono, Sabtu (15/2).
Selain untuk mengirimkan doa, sadranan juga menjadi wadah untuk menguatkan tali persaudaraan antarwarga sekaligus melestarikan warisan budaya nenek moyang.
“Dan yang terpenting bagi kami, acara ini merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah,” ujarnya.
Sedangkan gunungan tumpeng dan arak-arakan ini sebagai bentuk gotong-royong warga lingkungan Tegalrejo ini.
“Sandaran dengan tradisi Jawa ini dilaksanakan sejak empat tahun terakhir. Sebelumnya, sadranan dilakukan dengan cara yang sederhana. Datang bersama ke makam dan berdoa bersama. Kemudian dilanjutkan makan bersama,” tutur Mugi.
Salah seorang warga, Budiman mengaku senang dengan adanya sandaran dengan dibalut tradisi ini. Menurutnya, hal tersebut menambah nilai sakral dalam kegiatan sandaran. Sehingga warga lebih bersemangat untuk datang.
“Dengan adanya arak-arakan begini sangat bagus. Warga bisa ikut terlibat dan juga menjadi hal menarik untuk kita melakukan tradisi Sadranan,” ujar dia. (Angga Rosa | Mantranews.id)